Meningkatkan waktu operasional peralatan adalah salah satu hal yang penting dalam dunia industri. Setiap kali peralatan atau mesin berhenti berfungsi, akan terganggu produktivitas, biaya meningkat, dan waktu operasional yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengadopsi strategi yang efektif untuk meningkatkan waktu operasional peralatan.
Di artikel ini akan membahas bagaimana cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan waktu operasional (uptime) peralatan dan mesin mereka. Mulai dari preventive maintenance hingga penggunaan teknologi yang predictive, di artikel ini akan membahas lebih lanjut berbagai strategi yang dapat membantu perusahaan memaksimalkan kinerja peralatan mereka dan mengurangi unplanned downtime.
Beralih dari Reactive Maintenance ke Preventive Maintenance
Jika tim maintenance lebih sering merespons keadaan darurat atau tugas reactive maintenance untuk menjaga fasilitas dan mesin tetap beroperasi, saatnya beralih ke strategi preventive maintenance untuk beberapa peralatan.
Meskipun tidak semua peralatan menggunakan preventive maintenance, ada beberapa komponen-komponen kunci yang dapat menguntungkan dari proactive maintenance. Sebagai contoh, pertimbangkan sistem HVAC (Pemanas, Ventilasi, dan Pendingin Udara). Mengganti filter HVAC secara teratur setiap tiga hingga enam bulan bisa menjadi tugas preventive maintenance yang sederhana namun efektif. Dengan penjadwalan otomatis dan menggunakan sistem komputer untuk melacak penggantian filter, Anda dapat memastikan maintenance tepat waktu tanpa downtime yang tidak perlu. Pendekatan proaktif ini tidak hanya meningkatkan waktu operasional dan efisiensi energi, tetapi juga memperpanjang umur sistem HVAC.
Penting untuk membedakan antara peralatan yang memerlukan preventive maintenance dan yang tidak. Contohnya, sementara merupakan langkah bijak untuk mengganti lampu hanya ketika diperlukan karena dampak minimalnya terhadap keselamatan, lingkungan, atau produksi, seperti sistem HVAC dapat sangat diuntungkan jika menggunakan preventive maintenance. Dengan mengadopsi praktik preventive maintenance untuk beberapa peralatan terpilih maka dapat meningkatkan efisiensi operasional, meminimalkan downtime, dan mengoptimalkan waktu operasional peralatan.
Meningkatkan Preventive Maintenance dengan Condition-Based Monitoring
Jika sudah memiliki program preventive maintenance, penting untuk mencari cara untuk meningkatkannya guna meningkatkan waktu operasional aset. Menurut Reliable Plant, sekitar 30 persen dari semua tugas preventive maintenance tidak memberikan banyak manfaat. Beberapa penelitian lain menemukan bahwa program preventive maintenance berbasis jadwal hanya berhasil mengurangi sekitar 10 hingga 30 persen dari semua kegagalan. Tetapi, ada banyak peluang untuk meningkatkan preventive maintenance.
Dengan tidak hanya melakukan tugas maintenance secara terjadwal untuk melihat apakah aset kritis dan memicu kegagalan, kita bisa beralih ke program predictive maintenance.
Predictive maintenance menggunakan sensor dan alat lainnya untuk memantau kondisi peralatan dan menentukan kapan perlu dilakukan maintenance, berdasarkan kondisi aset. Dengan cara ini, perusahaan melakukan tugas maintenance berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan jadwal. Strategi predictive maintenance membantu perusahaan mengalokasikan sumber daya mereka untuk menangani tugas-tugas yang dapat membatasi atau mencegah kegagaln aset kritis, sehingga meningkatkan waktu operasional peralatan.
Integrasi Data ke dalam CMMS
Salah satu tantangan besar dalam meningkatkan waktu operasional peralatan adalah menggabungkan berbagai teknologi, alat pemantauan, dan sistem komputer dengan baik. Pertimbangkan bahwa Computerized Maintenance Management System (CMMS) dikembangkan sebelum banyaknya alat pemantauan kondisi dan teknologi sensor muncul. Meskipun, teknologi lain telah berkembang pesat, jika data yang dihasilkan tidak bisa diakses atau digunakan dengan mudah, maka tidak akan berdampak pada waktu operasional peralatan atau keuntungan perusahaan.
Saat tugas preventive maintenance berbasis jadwal bergeser menjadi inisiatif maintenance yang lebih andal, perusahaan mulai menemukan cara baru untuk menangani kegagalan yang mungkin terjadi. Saat ini ada berbagai metode dan alat pemantauan kondisi yang tersedia. Contohnya seperti teknologi infrared dan sensor getaran. Beberapa peralatan bahkan dilengkapi dengan pusat pemantauan langsung dari mesin itu sendiri. Dengan sensor canggih dan harganya semakin terjangkau, mereka bisa mendeteksi getaran, kebocoran gas, suhu, kelembaban, dan tanda-tanda lain bahwa peralatan mungkin akan rusak. Jika memilih menggunakan teknologi predictive maintenance, pastikan untuk mengintegrasikan data yang dihasilkan oleh sensor ke dalam sistem komputer terpusat, seperti CMMS.
Contohnya, Anda bisa menetapkan rentang suhu yang normal untuk sebuah pendingin. Jika sensor mendeteksi suhu di luar rentang tersebut, sistem akan langsung memberi tahu Anda melalui CMMS. Kemudian, CMMS akan membuat perintah kerja dengan instruksi, bagian, dan alat yang diperlukan secara otomatis. Ini memudahkan manajer maintenance untuk menentukan prioritas dan menugaskan pekerjaan kepada teknisi yang tepat. Teknologi memang akan terus berkembang seperti AI dan robotika, akan tetapi teknologi ini akan berguna jika data yang dihasilkan dapat diintegrasikan ke dalam sistem yang bisa menghasilkan tindakan.
Buat Checklist yang Kuat
Dalam maintenance, checklist penting dan menjadi hal wajib. Jika menggunakan solusi CMMS, checklist bisa mudah untuk disertakan dalam perintah kerja. Bahkan jika seorang teknisi maintenance telah melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun, manusiawi jika terkadang lupa. Untuk menghindari ini, checklist yang terintegrasi ke dalam sousi CMMS dapat menjadi solusi pengingat visual yang mudah untuk memastikan bahwa semua tugas penting telah selesai. Langkah sederhana ini bisa membuat waktu operasional jadi lebih baik untuk aset perusahaan.
Mulai dengan membuat checklist untuk aset yang memiliki konsekuensi besar jika terjadi kegagalan. Misalnya, jika human-error mengakibatkan masalah keselamatan atau kerugian produksi yang signifikan, maka checklist harus menjadi prioritas untuk tim maintenance. Contoh checklist yang bagus meliputi daftar bagian dan alat yang diperlukan untuk pekerjaan dan perintah kerja tertentu, serta daftar aktivitas yang perlu dilakukan dalam urutan tertentu. Selain itu, jika beberapa teknisi maintenance sedang bekerja di peralatan yang sama, maka checklist yang membutuhkan tandatangan teknisi yang ditugaskan bisa berguna untuk pertanyaan atau kekhawatiran lebih lanjut. Terakhir, checklist berfungsi sebagai catatan yang sangat baik tentang tugas-tugas yang telah selesai atau item yang mungkin perlu ditangani di masa depan.
Menyimpan semua informasi ini dalam sistem yang terpusat seperti CMMS dapat membantu perusahaan memiliki data yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan bisnis yang tepat di masa depan.
Menerapkan Problem-Failure-Action Code
Meskipun banyak perusahaan memahami bahwa tugas maintenance darurat seringkali mahal, mereka bisa bermanfaat dalam membantu bisnis mengembangkan program proaktif yang lebih baik dalam jangka panjang. Melatih teknisi maintenance untuk membaca dan memahami kode kegagalan, serta memasukkan kode tindakan dengan benar, akan membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih cerdas.
Kode masalah umumnya adalah deskripsi dari masalah yang dihadapi peralatan, seperti kebocoran atau overheat. Kode kegagalan menunjukkan apa yang mengalami kegagalan, seperti gasket bocor atau katup aus. Terakhir, kode tindakan menjelaskan pekerjaan apa yang dilakukan dan kapan selesai dilakukan.
Ketika kode-kode ini ditentukan dengan baik dan digunakan secara konsisten maka akan memberikan data penting tentang kegagalan aset perusahaan. Seiring berjalannya waktu, manajemen dapat melihat riwayat kegagalan dan maintenance suatu aset. Laporan-laporan ini bisa dihasilkan oleh sistem maintenance terpusat seperti CMMS, yang dapat mengungkap peluang preventive dan predictive maintenance di masa depan.
Manfaatkan CMMS untuk Optimalkan Alur Kerja
Seringkali ketidak efisienan dalam alur kerja dapat membatasi jumlah tugas preventive yang dapat dilakukan oleh tim dalam satu hari kerja, dan memperpanjang waktu tidak terjadwal itu. Cara yang baik untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan CMMS.
Sistem ini memungkinkan Anda melacak data dan merencanakan work order, menugaskan perintah kerja kepada teknisi yang tepat tanpa penundaan, dan memberikan akses jarak jauh ke skema dan instruksi peralatan. CMMS juga membantu mengoptimalkan permintaan suku cadan dan manajemen inventaris, serta meningkatkan prosedur.
Instruksi, daftar periksa, dan prosedur harus dikomunikasikan dengan tingkat detail, sehingga siapapun yang masuk ke dalam peran tertentu dapat memahaminya. Sebagai hasilnya, efisiensi yang lebih besar dan jumlah kesalahan yang lebih sedikit akan terjadi, dan masalah dapat ditangani oleh orang yang berpengalaman. Pastikan memberikan tingkat kekuatan yang sesuai kepada teknisi dan operator karena mereka lah yang mengetahui seluk-beluk aset atau proses tertentu.
Kesimpulan
Waktu operasional mesin dan peralatan memiliki peran yang krusial dalam menentukan produktivitas dan keberhasilan bisnis. Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan operasional peralatan dan mencapai kinerja yang lebih baik secara keseluruhan.
Mulai dari pendekatan reactive maintenance ke preventive maintenance, meintegrasikan dengan Condition-Based Monitoring, hingga memanfaatkan solusi modern seperti CMMS untuk mengelola maintenance secara efisien.
Optimalkan waktu operasional mesin dan peralatan Anda dalam satu solusi komprehensif, CMMS. Dengan fitur-fitur canggih yang ditawarkan, Anda dapat mengelola maintenance secara efisien dan mengurangi downtime yang tidak perlu. Segera hubungi kami untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana CMMS dapat meningkatkan kinerja maintenance Anda!
Comments