Permasalahan yang dialami oleh pengguna otomotif saat ini salah satunya yaitu, melonjaknya harga minyak dunia, menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan memberikan dampak kepada para pengendara, bahkan solar mengalami kenaikan sebesar 32,04%. Selain itu, Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyumbang emisi karbon terbesar di dunia sehingga pemerintah Indonesia menargetkan upaya penurunan emisi karbon dan salah satu sektor yang didorong adalah industri otomotif.
Dengan beberapa permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia mulai mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai salah satu solusi. Kendaraan listrik menggunakan baterai sebagai penggerak, dimana hal tersebut dapat mengurangi emisi karbon sebanyak 50%.
Kendaraan listrik juga mampu mengubah lebih dari 77% energi listrik dari jaringan menjadi tenaga di roda, dibandingkan kendaraan konvensional yang hanya mengubah 12%-30% energi dari bahan bakar minyak.
Berdasarkan data dari Galkindo, penjualan mobil listrik saat ini mengalami peningkatan sebanyak 3.781 unit. Dengan mendukung program mengurangi emisi karbon, pemerintah Indonesia telah menargetkan produksi motor listrik sebanyak dua juta unit.
Dengan berbagai peningkatan dalam penggunaan kendaraan listrik, bagaimana tantangan dan peluang implementasi nya di Indonesia?
Tantangan
Harga Kendaraan Tidak Terjangkau
Tidak bisa dipungkiri bahwa harga kendaraan listrik lebih mahal dibandingkan kendaraan konvensional. Rata-rata harga mobil listrik saat ini mencapai 700 juta - 1,5 milyar Rupiah. Hal ini dipengaruhi oleh mahalnya harga baterai dan materialnya. Jika harga baterai turun sekitar 30%-40% akan mempengaruhi turunnya harga kendaraan listrik sehingga implementasi kendaraan listrik bisa lebih cepat terealisasikan.
Kurangnya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik
Seiring dengan meningkatnya penjualan kendaraan listrik, infrastruktur pengisian daya listrik menjadi penting. Tetapi pada kenyataannya, stasiun pengisian kendaraan listrik di Indonesia tidak merata penyebarannya. Tercatat hingga akhir Agustus 2022, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) berjumlah 346 unit dan tersebar hanya di pulau Jawa dan Bali. Sulitnya mencari stasiun pengisian ini memunculkan kekhawatiran bagi yang tertarik membeli kendaraan listrik, saat ini masih menjadi tantangan dalam pembangunan SPKLU yang merata.
Pengisian Kendaraan Listrik Lama
Rata-rata pengisian kendaraan listrik jika menggunakan standard charging memakan waktu sekitar 5-10 jam hingga daya baterai penuh dan menggunakan fast charging maka memerlukan waktu 30-45 menit. Namun pengisian kendaraan listrik tetap memakan waktu lebih lama dibandingkan pengisian BBM. Ini menjadi sebuah tantangan dan memikirkan solusi agar masyarakat tidak perlu menunggu lama saat pengisian daya listrik.
Jarak Tempuh Terbatas
Jarak tempuh mobil listrik saat ini rata-rata mencapai 350-652 km jika daya baterai penuh. Memang saat ini jarak yang ditempuh cukup jauh, akan tetapi kemampuan tersebut tidak bisa dijadikan patokan saat menghadapi kemacetan atau tanjakan yang akan memakan tenaga baterai cukup banyak, jika stasiun pengisian kendaraan listrik masih jarang tersedia, maka akan menjadi suatu masalah yang akan membuat masyarakat enggan beralih ke kendaraan listrik.
Peluang
Dukungan dari Pemerintah
Selain menargetkan produksi kendaraan listrik, pemerintah telah menerbitkan peraturan dalam mendukung penggunaan kendaraan listrik seperti menerbitkan Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Berbasis Baterai (BEV) untuk Transportasi Jalan, dan Peraturan Pemerintah PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) tentang semakin rendah emisi yang dihasilkan maka semakin kecil pajaknya, jadi jika memiliki kendaraan listrik maka mendapatkan pajak nol persen.
Permintaan Kendaraan Listrik Meningkat
Peningkatan penjualan kendaraan listrik pertanda bahwa bertambahnya permintaan kendaraan listrik. Perkiraan dari permintaan mobil dan motor listrik akan tembus di angka 400.000 unit dan 1,2 juta unit atau tumbuh 4 kali lipat pada tahun 2025. Ini menjadikan peluang bahwa pasar kendaraan listrik akan meluas
Sumber Daya Nikel
Nikel menjadi komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik. Potensi nikel yang dimiliki oleh Indonesia sebanyak 21 juta ton atau 22% dari cadangan dunia. Dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, pemerintah tidak hanya membangun industri kendaraan listrik tetapi berencana membangun industri pendukungnya, baterai.
Peluang Bisnis Baru
Pertumbuhan kendaraan listrik semakin meningkat, sehingga akan muncul beberapa peluang bisnis baru. Salah satunya mendorong pembangunan industri baterai kendaraan listrik dimulai dari penambangan bijih nikel hingga daur ulang baterai bekas. Selain itu kesempatan franchise atau waralaba untuk stasiun pengisian daya listrik.
Bahkan dalam proses manufaktur, diperlukan kerjasama dengan perusahaan teknologi seperti memanfaatkan data platform untuk percepat proses produksi dan pengecekan kualitas produksi kendaraan agar akurat.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan suatu optimisme dan dampak positif terhadap perkembangan kendaraan listrik kedepannya. Kendaraan listrik menjadi peluang di masa depan, selama teknologi terus berkembang dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin tinggi maka kendaraan listrik bisa menggantikan fungsi dari kendaraan konvensional.
Comments