Indonesia kini semakin lebar mengepakkan sayap di ranah industri. Salah satu impian untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat baterai mobil listrik dunia sedikit demi sedikit terwujud. Belum lama ini, beredar berita tentang dimulainya pembangunan industri baterai di Karawang dengan nilai investasi mencapai USD1,1 miliar. Pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara.
Selain pembangunan pabrik baterai di Karawang, Indonesia kini juga tengah bersiap dengan pembangunan smelter batu baterai mobil listrik dan smelter leaching yang memproduksi bahan baku baterai mobil listrik yang dilakukan di Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Pembangunan kedua smelter ini memiliki total nilai investasi sebesar USD285.
Potensi pasar Indonesia
Kenapa Indonesia mampu memperoleh investasi sebesar itu untuk membangun industri baterai pertama di kawasan Asia Tenggara? Pasar baterai Indonesia memiliki potensi pasar yang menjanjikan. Menurut analisis dari Mordor Intelligence, pasar baterai Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada CAGR lebih dari 5,6% selama periode 2020-2025. Faktor-faktor seperti ketersediaan bahan baku yang mudah, peningkatan permintaan untuk aplikasi industri mobil dan industri lainnya mendorong pasar baterai Indonesia. Selain itu, pertumbuhan populasi, dan peningkatan penjualan elektronik konsumen seperti ponsel, laptop, dan lain-lain kemungkinan akan mendorong pertumbuhan pasar baterai di negara ini. Namun, faktor-faktor seperti ketidaksesuaian supply-demand bahan baku selama pandemi COVID-19 kemungkinan akan menahan pasar baterai Indonesia.
Market trend
Industri teknologi baterai Lithium-ion di Indonesia akan mengalami pertumbuhan signifikan ditambah tren kendaraan listrik yang semakin berkembang
Baterai lithium-Ion adalah jenis baterai isi ulang dengan kepadatan energi tinggi dan tingkat keamanan yang tinggi. Baterai jenis ini biasanya digunakan untuk perangkat elektronik portabel, perkakas listrik, dan kendaraan listrik (EV). Dengan kemajuan teknologi, baterai Lithium-Ion telah mengalami transformasi luar biasa dalam kinerjanya.
Indonesia memiliki deposit Nikel dan Cobalt yang besar. Nikel dan Cobalt merupakan bahan baku penting dalam baterai Lithium-Ion. Dengan demikian bahan baku yang tersedia di Indonesia akan mendorong pasar baterai lithium-ion di Indonesia.
Pertumbuhan pasar baterai Lithium-Ion di Indonesia kemungkinan akan membantu negara mencapai energi berkelanjutan yang inovatif dan ini adalah alasan besar mengapa pemerintah berusaha untuk mengurangi biaya produksi baterai Lithium-Ion.
Tumbuhnya kesadaran di Indonesia akan sumber energi terbarukan mendorong pasar energi angin, energi surya dan ini juga berdampak positif tidak langsung pada pasar baterai Lithium-Ion. Hal ini dikarenakan baterai Lithium-Ion digunakan sebagai alat penyimpan energi pada sumber energi tersebut.
Indonesia juga menargetkan untuk mulai membuat baterai lithium untuk digunakan pada kendaraan listrik pada tahun 2023. Oleh karena itu, hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan substansial pangsa baterai lithium-ion di pasar baterai dalam negeri.
Masa depan industri baterai di Indonesia
Saat ini, adopsi kendaraan listrik di Asia sedang meraih momentum dan Indonesia memiliki ambisi untuk menjadi key player produsen baterai Lithium-ion dalam jaringan supply chain kendaraan listrik. Memang Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan merupakan sumber utama nikel, kobalt, dan tembaga untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.
Jika ingin mewujudkan ambisi menjadi key player produsen baterai Lithium-ion global, Indonesia perlu mengatasi kesenjangan dalam supply chain sendiri dan membuat perubahan menuju manufaktur bernilai tinggi dengan berinvestasi dalam teknologi dan talenta yang berkualitas tinggi dan siap dengan industri maju.
Comments