Bosch Automotive Diesel System (RBCD), perusahaan milik Jerman dan Cina hasil joint-venture, telah menggunakan teknologi manufaktur pintar untuk memproduksi mesin diesel yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dan rendah emisi. Inovasi ini berangkat dari perubahan regulasi yang dikeluarkan pemerintah Cina untuk melarang penggunaan mesin yang menghasilkan emisi buangan yang tinggi sehingga terjadi peningkatan permintaan dari mesin rendah emisi milik RBCD. Stuart Brown, direktur Teknis RBCD, mengatakan diperlukan pendekatan yang lebih inovatif untuk bisa menghadapi kenaikan permintaan pelanggan.
Pemanfaatan teknologi RFID (radio-frequency identification) dan sensor yang ditanamkan pada mesin dapat menghasilkan data mesin dan inventory secara real-time. RBCD meningkatkan skala penggunaan teknologi tersebut dengan memodifikasi infrastruktur pabrik secara keseluruhan sehingga manajemen RBCD dapat memahami dan mengurangi output losses dan memprediksi interupsi yang terjadi pada mesin sebelum hal itu terjadi.
Dengan memiliki data yang terkoneksi dengan mesin-mesin berhasil membuat RBCD bereaksi lebih cepat, lebih proaktif terhadap anomali-anomali produksi yang terjadi, dan dapat menjaga variabel-variabel produksi untuk menghasilkan output yang RBCD inginkan. RBCD pun menemui tantangan dalam bertransformasi digital antara lain mencari orang yang tepat dan meningkatkan skill-skill yang dibutuhkan untuk teknologi 4.0 seperti IT dan matematika.
Wang Weiliang, presiden regional Bosch Powertrain Solutions China, menambahkan betapa pentingnya perusahaan manufaktur untuk berpartisipasi dalam revolusi teknologi IoT sehingga dapat bertahan di era kompetisi yang sangat kompetitif ini. “Kami telah berpartisipasi dalam revolusi industri pertama kedua ketiga dan kami tidak ingin kalah dalam perlombaan di revolusi industri yang keempat.”
