Industri manufaktur terus berupaya dalam mengatasi tantangan dan meningkatkan efisiensi proses bisnisnya. Setelah terkena dampak dari pandemi Covid-19, industri manufaktur masih terus dihadapi oleh beberapa tantangan tahun ini seperti melonjaknya biaya transportasi, inflasi, dan kemungkinan resesi secara global. Seiring dengan tantangan tersebut, mulai muncul tren-tren baru sehingga perusahaan manufaktur harus segera beradaptasi dan mengevaluasi proses bisnis nya agar tetap berjalan lancar.
Berikut adalah beberapa tren industri manufaktur di tahun 2022 yang perlu diperhatikan:
1. Smart Factory
Konsep "smart factory" atau "smart industry" telah ada sejak lama, namun konsep ini mengalami peningkatan ketertarikan pada saat pandemi. Smart factory adalah salah satu bagian dari industry 4.0, dimana pabrik dapat bekerja sendiri dengan menggunakan teknologi seperti machine learning, artificial intellegence (AI), big data, dan Internet of Things (IoT).
Menurut survei dari Deloitte, 45% eksekutif perusahaan manufaktur mengharapkan adanya peningkatan lebih lanjut dalam efisiensi operasional dari investasi di Internet of Things (IoT). Teknologi dasar cloud-computing dan penyebaran teknologi 5G juga dinilai akan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Salah satu strategi awal yang bisa diterapkan oleh perusahaan manufaktur untuk bertransformasi ke smart factory yaitu dengan memanfaatkan Machine Data Platform untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional.
2. Kurangnya tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja sangat berpengaruh pada produktivitas dan pertumbuhan perusahaan. Pada tahun 2021, Deloitte mengestimasikan industri akan kekurangan 2,1 juta pekerjaan terampil di tahun 2030. Kelangkaan ini mengakibatkan perusahaan untuk mempertimbangkan berbagai strategi. Untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja, perusahaan dapat merancang strategi dengan melakukan reskilling dan upskilling, serta meningkatkan employment brand.
Dalam survei Deloitte, 38% eksekutif melaporkan bahwa prioritas utama saat ini adalah merekrut pekerja baru untuk tenaga kerja produksi di tahun 2022. Dengan ini industri perlu menerapkan strategi dengan solusi kreatif guna meningkatkan pengalaman pelatihan dengan menggunakan Virtual Reality dan Augmented Reality sebagai salah satu alat training untuk pekerja baru.
3. Ketidakstabilan Supply Chain
Ketidakstabilan supply chain masih menjadi tantangan yang terus berlangsung. Perusahaan saat ini dihadapi dengan tingginya permintaan, kenaikan biaya bahan baku dan pengiriman barang yang lambat. 53% organisasi yang disurvei oleh Deloitte berencana akan mengintegrasikan data untuk visibilitas, dan perencanaan permintaan dan penawaran. Perusahaan manufaktur terus mencari data guna mengintegrasikan data operasional dan mendapatkan transparasi dan insight data. Misalnya, dengan memusatkan data di berbagai fasilitas, jalur produksi dan peralatan, lalu divisualisasikan dan dianalisis dapat menjadi pendorong yang kuat untuk mengurangi ketidakstabilan ini.
Perusahaan manufaktur dapat meninjau penggunaan data platform untuk mendapatkan insight data di area shop-floor. Dengan adanya integrasi data, akan mengurangi ketidakstabilan supply chain dan perusahaan manufaktur dapat segera bertransformasi ke smart-factory.
4. Cybersecurity
Tingginya ancaman cyber yang terjadi di berbagai industri dan pemerintah membuat cybersecurity menjadi hal yang perlu diperhatikan bagian manajemen risiko. Melonjaknya serangan yang berasal dari teknologi operasional (OT), teknologi informasi (IT), dan jaringan eksternal membutuhkan lebih banyak kontrol. Sistem dan teknologi yang lama tidak akan bisa menangani serangan cyber saat ini yang semakin canggih.
Perusahaan manufaktur tidak hanya memperhatikan cyber-defense, tetapi juga ketahanan bisnis mereka terhadap cyber attack. Cybercriminal juga dapat membahayakan dan merugikan finansial perusahaan. Selain itu, cybercriminal mampu mematikan operasional dan mengganggu jaringan keseluruhan pemasok, mempertaruhkan keselamatan dan produktivitas. Meningkatnya ancaman ini membuat industri untuk bersiap siaga untuk meningkatkan cybersecurity.
5. Investasi berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance).
Investasi berbasis ESG adalah satu set standar untuk perilaku perusahaan yang digunakan oleh investor yang sadar sosial untuk menyaring investasi yang potensional. Kriteria lingkungan mempertimbangkan bagaimana perusahaan menjaga lingkungan, termasuk kebijakan lingkungan. Kriteria sosial memeriksa bagaimana perusahaan mengelola hubungan dengan karyawan, pemasok, pelanggan, dan komunitas dimana perusahaan beroperasi. Yang terakhir, kriteria tata kelola berkaitan dengan kepemimpinan perusahaan, gaji eksekutif, audit, kontrol internal dan hak pemegang saham.
Upaya menarik tenaga kerja, sebagian besar perusahaan manufaktur membuat upaya ESG lebih terlihat. Kriteria ESG menjadi sangat penting karena berpengaruh dengan kondisi keuangan, daya saing, dan aliran dana dari investor. Jika perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitif dan berkembang di masa depan, maka mereka harus memprioritaskan kriteria ESG.
Industri manufaktur masih harus mengantisipasi inflasi dan kemungkinan resesi secara global yang menyebabkan perekonomian dunia menjadi tidak stabil. Setelah mengetahui tren-tren industri manufaktur di tahun 2022, sudah saatnya perusahaan mulai menyusun dan menyiasati strategi demi keberlangsungan dan pertumbuhan industri manufaktur di tahun 2023.
Dengan mendorong kemajuan teknologi sebagai salah satu tren industri manufaktur, diharapkan industri ini dapat bertahan dan menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan lebih efisien.
Comments