Perkembangan pasar disertai merebaknya pandemi turut menambah tantangan para pelaku bisnis di industri kimia. Mulai dari pertumbuhan keuntungan yang melambat, hambatan regulasi, persaingan ketat menemukan bakat yang tepat, belum lagi tekanan dari pelanggan terus mendorong sektor kimia untuk memikirkan kembali proses bisnis dan teknologinya untuk mempertahankan daya saing.
Transformasi digital saat ini dipandang sebagai hal yang kritis, termasuk di sektor kimia. Tingkat kematangan digital untuk industri kimia global saat ini 42,2% yang berada diatas 39% manufaktur keseluruhan. Hal ini menandakan sebagian besar produsen kimia di seluruh dunia berada di tahap scaling up pilot dan mengadopsi solusi digital di berbagai fungsi perusahaan. Hal ini selaras dengan pandangan CEO di industri kimia yang berpendapat sekitar 64% CEO berfokus strategi transformasi untuk 2 tahun ke depan dan 66% lainnya berharap adanya perubahan revolusioner untuk 3 tahun ke depan.
Lalu bagaimana dengan jumlah alokasi budget yang bisa mereka investasikan dalam adopsi solusi digital? Menurut PWC, perusahaan kimia berencana menginvestasikan sekitar 5% dari pendapatan tahunan dalam solusi operasi digital dalam lima tahun ke depan.Hal ini disertai penetapan target ambisius untuk tingkat digitalisasi dan integrasi yang dapat dicapai sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan.
Kendati demikian, ternyata masih ada beberapa perusahaan kimia yang sedang berjuang dalam perjalanan digitalisasi ini. Sebanyak 30% perusahaan masih di tahap perencanaan, 30% perusahaan sedang uji coba dan sebanyak 35% sudah mengimplementasikan digitalisasi. Perjalanan transformasi digital memang tidak bisa disamaratakan tiap perusahaan, semua mempunyai progress dan kecepatannya masing-masing. Karena yang terpenting dalam prosesnya yakni mencari teknologi dan inovasi yang memang cocok dan dibutuhkan sesuai kondisi perusahaan guna pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan daya saing di pasar.
Secara regional, pabrik kimia di Asia-Pasifik semakin maju dibandingkan pabrik di Eropa dan Amerika Utara. Hal ini karena pabrik di Asia Pasifik pintar melihat peluang munculnya digitalisasi, sedangkan pabrik di Eropa dan Amerika Utara masih berfokus pada peningkatan operasional.
Tren Utama Transformasi Digital di Industri Kimia
Kekompleksitasan industri kimia dengan beberapa sub sektor di dalamnya menghadapi tantangan yang berbeda. Perbedaan tantangan ini menjadikan fokus utama digitalisasi agak bervariasi. Prediksi untuk dua tahun ke depan, teknologi digitalisasi akan berpusat di sekitar Industrial Internet of Things (IIoT) sebanyak 67%, artificial intelligence (AI) sebanyak 64% dan 61% cloud computing
Pengaplikasian teknologi tersebut tentunya digunakan untuk pengoptimalan produksi, pengurangan waste, peningkatan keamanan dan supaya menjadi lebih agile merespon ketidakpastian permintaan dan pasokan di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
Dalam hal pengoptimalan produksi, sebanyak 71% produsen kimia berfokus pada inovasi analisis data seperti predictive maintenance. Pemeliharaan jenis ini menggunakan machine learning dan AI yang dapat memprediksi kegagalan mesin beserta penyebabnya.
Inovasi solusi analisis data juga bermanfaat untuk melacak perubahan harga bahan baku. Masalah umum yang terjadi di sektor kimia yakni harga bahan mentah yang fluktuatif namun pelanggan secara konsisten menuntut harga rendah. Teknologi analitik data disini berperan untuk forecasting permintaan yang lebih akurat, sehingga pabrik dapat menyiapkan jumlah yang tepat dan menurunkan risiko kelebihan pasokan.
Selain predictive maintenance dan forecasting bahan baku, peningkatan visibilitas dan integrasi supply chain juga tidak kalah pentingnya. Lebih dari 60% pemimpin manufaktur mengatakan mereka akan meningkatkan fokus pada ketahanan rantai pasokan akibat pandemi yang mengganggu supply chain. Teknologi blockchain dan analitik data semakin banyak digunakan untuk mendapatkan visibilitas dan akuntabilitas dalam rantai pasokan.
Bisa ditarik kesimpulan, penggunaan teknologi analitik data bermanfaat banyak untuk berbagai fungsi perusahaan. Sehingga data dianggap sebagai bahan bakar baru untuk keunggulan kompetitif industri kimia.
Adakah penghambat digitalisasi bagi industri kimia?
Tentu saja, tiap perusahaan memiliki penghambatnya tersendiri, khususnya industri kimia yang bisnisnya terpusat pada pelanggan. Namun ternyata hambatan terbesar datang dari bakat tenaga kerja yang cocok dengan perusahaan. Sekitar 40% perusahaan secara global menyetujui bahwa kurangnya karyawan yang memenuhi syarat adalah hambatan terbesar untuk digitalisasi. Hambatan lain sebanyak 30% perusahaan berpendapat bahwa mereka masih tidak yakin tentang manfaat ekonomi dari transformasi digital. Hal ini karena mereka kesulitan melihat dampak upaya mereka dan mengidentifikasi area yang mempunyai nilai terbesar. Sehingga mereka terus menahan untuk mengimplementasikan solusi digital di pabriknya.
Comentarios